• Prev Chapter
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 501 Bosmu Itu Adalah Aku

Ardika sudah terbiasa dengan sikap Tina yang berlagak pintar ini.

Malas berdebat dengan wanita itu, dia membuka kotak jam tangan tersebut, mengeluarkan jam tangandi dalamnya dan mengamatinya sekilas.

Wah, Tina cukup bermurah hati juga. Jam tangan yang dia berikan padaku saja sudah bernilaimiliaran.‘

pikir Ardika dalam hati.

Namun, ini bukan pertama kalinya bagi Ardika melihat barang bagus. Barang bagus seperti apa punsudah pernah dia lihat. Jadi, dia langsung memakai jam tangan itu tanpa merasa gugup dan ragu.

“Jaga baik–baik jam tangan itu, itu jam tangan mahal!”

Setelah melontarkan kalimat peringatan itu, Tina seolah baru puas.

Desi berkata, “Tina, aku dengar kamu sudah menjadi presdir Grup Lautan Berlian. Selamat, ya! Kedepannya, kamu dan Luna bisa bekerja sama dan menghasilkan uang bersama–sama.”novelbin

“Tentu saja, ke depannya kami saling membantu sama lain. Aku yakin kami pasti bisa memperoleh

pencapaian yang baru di dunia bisnis.”

Tina duduk di sofa dan menggandeng lengan Luna dengan erat.

Selesai berbicara, dia mendecakkan lidahnya dan berkata, “Tapi, satu–satunya hal yang kurang baikadalah Grup Lautan Berlian sudah bergabung dengan Grup Sentosa Jaya. Ke depannya, masih adaseorang bos besar di atasku. Aku nggak bisa mengambil keputusan sesuka hatiku.”

“Bos besar? Maksudmu presdir Grup Sentosa Jaya itu?” tanya Luna.

Tina menganggukkan kepalanya dan berkata, “Ya, benar, dia orangnya. Dia sudah berada di KotaBanyuli cukup lama, tapi nggak ada seorang pun yang pernah melihatnya dan tahu bagaimanakarakternya.”

“Selain itu, bosku yang satu ini bukanlah orang yang sederhana. Dia nggak hanya punya uang saja.”

Tina berkata, “Setelah Komandan Draco mengunjungi Gedung Glori, tiba–tiba saja ayahkumemutuskan untuk menyerahkan Grup Lautan Berlian di bawah naungan Grup Sentosa Jaya. Mungkinsaja orang ini punya latar belakang yang luar biasa di tim tempur. Paling nggak dia lebih hebatdibandingkan Thomas.”

Bahkan Thomas saja tidak bisa memengaruhi keputusan Draco, tetapi presdir Grup Sentosa Jaya itu

bisa melakukannya.

Rasa penasaran yang menyelimuti hatinya terhadap sosok presdir Grup Sentosa Jaya itu makin lamamakin kuat.

“Pfffttt!”

+15 BONUS

Melihat ekspresi penasaran terpampang jelas di wajah sahabatnya, Luna tiba–tiba tertawa.

“Luna, apa yang kamu tertawakan?”

Luna tertawa dan berkata, “Tina, ini adalah pertama kalinya aku melihatmu begitu penasaran padaseorang pria. Aku merasa kamu sudah jatuh hati padanya.”

“Bagaimana kalau kamu mencoba untuk mengejarnya?”

Usia Tina juga tidak muda lagi.

Kalau dia bisa menemukan seorang pendamping yang baik, Luna juga merasa senang untuksahabatnya itu.

“Cih! Memangnya siapa aku? Di dunia ini, nggak ada seorang pria pun yang layak aku kejar!”

Tina mengangkat lengannya dan memukul Luna dengan pelan. Kemudian, dia berkata, “Tapi, besokaku harus pergi ke Grup Sentosa Jaya untuk bertemu dengan bosku.”

“Kalau dia bersikap baik padaku, mungkin aku bisa mempertimbangkan memberinya kesempatanuntuk mengejarku!”

“Ah, tentu saja hanya sebatas kesempatan.”

“Pfffttt!”

Begitu Tina selesai berbicara, kembali terdengar suara tawa seseorang.

Namun, kali ini bukan Luna.

Tina memelototi orang yang tertawa itu, lalu memicingkan matanya dan berkata, “Ardika, apa yangkamu

tertawakan?!”

Ardika tersenyum tipis dan berkata, “Tina, jangan salahkan aku mengatakan kata–kata yang nggakenak didengar. Tapi, aku merasa kamu jangan berpikir terlalu banyak. Kemungkinan orang itu samasekali

nggak tertarik padamu.”

Pria mana yang bisa tahan menghadapi karakter Tina itu?

“Ardika, apa maksudmu?!”

Tina langsung bangkit dari sofa dan memelototi Ardika dengan sorot mata marah. “Bagaimana kamubisa tahu bosku nggak tertarik padaku?!”

Awalnya dia mengucapkan kata–kata seperti itu juga hanya bercanda.

Namun, siapa sangka, Ardika malah mengatainya seperti itu.

Wanita mana yang bisa tahan dikatai seperti itu?

Sebenarnya bagaimana Luna bisa tahan pada pria yang selalu berterus terang seperti Ardika?!

2/3

“Karena ….”

Ardika berkata dengan datar. “Bosmu itu adalah aku.”

“Ha….”

Setelah tertegun sejenak, Tina tertawa terbahak–bahak sambil memegangi perutnya,

“Ardika, kamu benar–benar nggak bisa mengubah kebiasaanmu dan tetap suka membual, ya? Kamuhanya tahu meminjam kekuatan dan reputasi orang lain saja. Kenapa kamu begitu nggak tahu malu

Tidak hanya Tina, orang–orang lainnya juga menggelengkan kepala mereka dan tidak bisa berkata–kata.

Ucapan Tina memang benar.

Ardika hanya bisa meminjam kekuatan dan reputasi orang lain saja.

Mereka semua sudah terbiasa pada hal itu. 5

Use arrow keys (or A / D) to PREV/NEXT chapter