• Prev Chapter
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 471 Pengumuman Terbaru

“Pak Dendi, kamu baik–baik saja, ‘kan?!”

Melihat Dendi tiba–tiba berlutut di lantai tanpa sebab, semua orang buru–buru menghampirinya untukmemapahnya.

Xavier berkata, “Pak Dendi, apa karena tadi kamu datang dengan terlalu tergesa–gesa, sampai–sampai kamu merasa nggak enak badan? Bagaimana kalau kamu istirahat sejenak, baru mengurusurusan perceraian. Lagi pula, sepertinya nggak perlu terlalu terburu–buru?”

“Eh, ini, ini ….”

Dendi menatap Ardika dengan tatapan ketakutan sekaligus tidak berdaya. Saking ketakutannya, diamenjadi tidak bisa berkata–kata.

“Pak Dendi mengenalnya?”

Xavier mengerutkan keningnya.

Dia merasa sorot mata yang ditujukan oleh Dendi pada Ardika sangat aneh.novelbin

Dia menatap Ardika dengan kebingungan, tetapi dia tidak mendapati ada sesuatu yang aneh.

Di matanya, Ardika hanyalah orang yang biasa–biasa saja, seorang pecundang yang tidak bisa apa–apa.

“Ya, pernah bertemu, pernah bertemu.”

Melihat Ardika sama sekali tidak peduli dengannya, Dendi juga tidak berani banyak bicara. Dia hanyabisa menanggapi pertanyaan Xavier dengan singkat. Saat ini, bulir–bulir keringat dingin sudah

bercucuran membasahi sekujur tubuhnya.

‘Oh, ternyata hanya pernah bertemu saja.‘

Xavier tidak berpikir banyak lagi, dia berkata, “Pak Dendi, bagaimana kalau kamu memberi tahu stafmudan membiarkan mereka yang menangani perceraian temanku saja? Sebaiknya kamu beristirahatsejenak.”

“Eh, ini ….”

Melihat Xavier masih memaksa dirinya untuk mengurus perceraian Ardika, Dendi bahkan inginmembunuh pemuda itu saat ini juga.

“Pak Dendi, lakukan saja apa yang diperintahkan oleh Tuan Muda Xavier.”

Tepat pada saat ini, nada bicara mempermainkan Ardika terngiang–ngiang di telinganya.

Dendi langsung menyipitkan matanya dan membuka mulutnya dengan lebar.

+15 BONUS

“Aku … aku nggak berani ….”

Nada bicaranya terdengar seperti orang yang hampir menangis.

Sekarang dia benar–benar sangat menyesal.

Demi seorang Xavier, dia malah datang secara pribadi untuk ikut campur dalam urusan seorang tokoh

sehebat Tuan ini.

Dia benar-benar cari mati!

“Lakukan saja apa yang diperintahkannya.”

Ardika langsung melemparkan kantong dokumen dalam genggamannya pada pria itu.

Melihat tindakan Ardika, Xavier langsung marah besar. Dia berkata dengan marah, “Ardika, jagasikapmu! Kamu harus bersikap hormat pada Pak Dendi! Kamu pikir kamu siapa?! Berani–beraninyakamu melemparkan sesuatu pada Pak Dendi seperti itu!”

“Nggak apa–apa, nggak apa–apa, aku akan mengurusnya sekarang juga….”

Setelah mendengar perintah Ardika, tanpa banyak bicara lagi, Dendi langsung berjalan ke dalamruangan pengurusan perceraian dengan membawa kantong dokumen itu.

Xavier tertawa dengan bangga dan berkata, “Ardika, jangan khawatir. Selama ada Pak Dendi, prosesperceraian kalian akan berlangsung dengan cepat. Setelah dia masuk ke dalam dan memberi perintahpada bawahannya, kamu dan Luna sudah bisa masuk ke dalam untuk mendaftarkan perceraiankalian.”

Ardika melirik Xavier sambil menggelengkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Melihat ekspresi Ardika, Desi mengira pria itu benar–benar sudah putus asa.

Tiba–tiba, dia juga menghela napas dan merasa sedikit simpati pada Ardika.

“Ardika, kali ini aku mendesakmu untuk bercerai dengan Luna karena masalah yang kamu buat kali inibenar–benar sudah terlalu besar.”

“Walau kamu dan Luna hanya memiliki status suami istri dan bukan merupakan suami istri sungguhan,bagaimanapun juga, kamu pernah tinggal bersama kami selama beberapa waktu dan pernahmemanggilku Ibu.”

“Dengan mempertimbangkan hal ini, selama kamu bisa menghadapi masalah kali ini, aku akanmeminta Luna menggerakkan relasi untuk mencarikan pekerjaan untukmu. Paling nggak, kamu nggakakan mati kelaparan….‘

#1

Masih ada kebaikan dalam hati Desi.

Hanya saja, dia benar–benar tidak bisa terima membiarkan Ardika terus menjadi menantunya.

calama ini coskan–akan menekan

perasaannya sudah terangkat. Dia benar–benar lega.

+15 BONUS

Mendengar ucapan Desi, Ardika merasa sedikit tersentuh. Kekesalan terhadap Desi yang menyelimutihatinya pun menghilang sedikit.

Dia mendongak dan berkata sambil tersenyum, “Ibu, sepertinya sekarang masih terlalu cepat untukberbicara seperti itu. Siapa bilang aku pasti akan berceral dengan Luna? Aku akan tetap memanggilIbu dengan panggilan ini.”

Dalam sekejap, amarah kembali menyelimuti hati Desi.

Dia hanya beranggapan bahwa Ardika membencinya, jadi sengaja mengucapkan kata–kata seperti ituuntuk membuatnya kesal.

“Ardika, kamu benar–benar nggak tahu diri! Kelak, biarpun kamu tinggal di kolong jembatan dan matikelaparan, aku nggak akan memedulikanmu!”

Begitu Desi selesai berbicara, dia melihat Dendi berjalan menghampiri mereka.

Pria itu menatap Ardika dengan tatapan cemas dan berkata, “Kalian sudah bisa masuk ke dalam untuk

mendaftarkan perceraian kalian.”

Xavier segera menghibur Desi, “Bibi Desi, Bibi nggak perlu marah padanya. Sebaiknya sekarang Bibi

meminta mereka masuk ke dalam untuk mendaftarkan perceraian mereka.”

“Ya, benar! Kalian berdua cepat masuk ke dalam untuk mendaftarkan perceraian kalian!”

Desi langsung menarik Luna yang sedang duduk di kursi dan tampak linglung.

Tepat pada saat ini, tiba–tiba seorang staf menghampiri mereka dengan tergesa–gesa.

“Pak Dendi, kantor catatan sipil pusat baru saja mengeluarkan pengumuman baru!”

Use arrow keys (or A / D) to PREV/NEXT chapter