• Prev Chapter
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 397 Bagaikan Pukulan Cambuk

Apa katamu? Coba kamu ulanul sekali laull”

Zakheus memelototi Andika denuan ganas.

Dia merasa kemungkinan besar dirinya sudah salah dengar. Bagaimana mungkin bocah itu beranimenginginkan posisinya?

Ardika menatap mata pria itu dan berkata dengan serius. “Aku mengatakan aku ingin menjadi manajerdepartemen keamanan!”

Begitu mendengar kalimat yang sama keluar dari mulut Ardika untuk kedua kalinya, ekspresi Zakheus

langsung berubah menjadi muram.

Sementara itu, puluhan petugas keamanan yang berada di dalam ruangan juga menatap Ardikadengan tatapan seperti sedang menatap orang bodoh. Mereka beranggapan mungkin Ardika sudahsalah minum obat atau mungkin otaknya sudah masuk air.

Kalau tidak, bagaimana mungkin dia berani mengucapkan kata–kata cari mati seperti itu?!

Saat mereka baru tiba di sini, mereka juga tidak ingin tunduk pada Zakheus. Banyak di antara merekayang menantang Zakheus untuk menggantikan posisinya..

Namun, mereka semua berakhir dihajar hingga babak belur dan tunduk pada Zakheus.

“Bocah ini bahkan nggak terlihat berotot, berani–beraninya dia menantang Pak Zakheus! Ibarat sepertiorang yang nggak tahu apa–apa, maka sama sekali nggak takut!”

“Apa dia berpikir dengan mengandalkan Jalur belakang, dia juga bisa menjadi manajer departemen

keamanan?”

“Pak Zakheus, beri pelajaran pada bocah yang hanya tahu lewat jalur belakang ini, agar dia tahu diridan kelak nggak berani muncul lagi di Grup Lautan Berllanl”

Para petugas keamanan melontarkan sindiran–sindiran pada Ardika.novelbin

Saat ini, Zakheus sudah melepaskan seragamnya dan hanya mengenakan baju dalaman berwarna

hitam yang ketat.

Dia mengayunkan tinjunya dan berjalan ke arah Ardika dengan seulas senyum ganas. “Bocah, kalausekarang kamu mengakul kesalahanmu di hadapanku, lalu berdiri dengan patuh untuk menjadi karungpasir manusia mereka, semuanya masih belum terlambatl”

“Kesalahan apa yang perlu aku akul? Bukankah kedudukan orang–orang di sini diukur berdasarkankekuatan? Kalau begitu, seharusnya aku yang menjadi manajer di sini,” kata Ardika dengan acuh tak

acuh.

+15 BONUS

Kata–kata yang keluar dari mulut Ardika itu membuat para petugas keamanan di dalam ruangan

terkekeh gell.

Sementara itu, kesabaran Zakheus sudah terkuras habis.

Dia menerjang ke arah Ardika dengan amarah yang bergejolak, lalu mengayunkan tinjunya ke arah

targetnya.

“Bocah, sekarang aku akan menunjukkan padamu siapa yang benar–benar kuat di sini….”

Dia ingin menghajar bocah tidak tahu di hadapannya ini hingga babak belur!

Namun, sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Ardika sudah melayangkan sebuah tamparanke arahnya.

Zakheus segera mengangkat lengannya untuk menahan tamparan itu.

Namun, hal yang mengejutkannya adalah telapak tangan itu seolah–olah diselimuti oleh kekuatan yang

luar biasa besar!

Saking besarnya kekuatan itu, seolah–olah mampu menghancurkan gunung dan menjungkirbalikkan

lautan.

Di bawah kekuatan luar biasa besar itu, lengannya ditekan secara paksa hingga membengkok. Pada

akhirnya, tamparan itu mendarat tepat mengenai wajahnya!

“Bam!”

Zakheus langsung terpental dan menabrak sebuah karung pasir yang tergantung di udara dengankeras.

Setelah terdengar suara hantaman yang sangat keras, karung pasir itu langsung meledak, butiran-butiran pasir tampak terjatuh berserakan ke lantai.

Zakheus merangkak dan hendak berdiri. Namun, tubuhnya malah terhuyung–huyung dan kembali

terjatuh ke lantai dalam posisi setengah berlutut.

Dia mendongak dan menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya.

“Kamu … kamu nggak tahu aturan! Kamu menyerangku secara diam–diam!”

Kekecewaan menyelimuti hatinya. Untuk sesaat, dia sama sekali tidak bisa menerima kenyataan ini.

Dia hanya bisa menuduh Ardika menyerangnya secara diam–diam, sampai–sampai dia berakhir

menyedihkan seperti ini.

Sementara itu, para petugas keamanan lainnya juga menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya.Mereka juga terkejut menyaksikan pemandangan yang terpampang jelas di hadapan mereka tadi.

Ardika melirik para petugas keamanan yang beberapa saat sebelumnya masih melontarkan kata–katasindiran padanya dan berkata, “Sekarang aku ingin menjadi manajer kalian, kalian pasti nggak terima,

243

kan? Kalian pasti mengira aku melakukan penyerangan secara diam–diam. Begini saja, aku nggakingin buang–buang waktuku, kalian maju saja secara bersamaan.”

Para petugas keamanan itu saling melempar pandangan, Detik berikutnya, mereka langsung marahbesar.

“Eh! Kamu anggap remeh siapa? Kami berjumlah tiga puluhan orang! Setiap orang dari kami hanyaperlu melayangkan satu pukulan padamu, kamu sudah pasti akan mati!”

“Jelas–jelas kamu melakukan serangan diam–diam! Kami bahkan nggak melihat dengan jelasbagaimana kamu bisa memukul Pak Zakheus hingga dia terpental seperti itu!”

“Sialan, ayo kita serang dia!”

Para petugas keamanan menyerang Ardika pada saat bersamaan.

Ardika hanya tertawa dengan santai. Dia meletakkan satu tangannya ke belakang, lalu berinisiatifmelangkah ke depan dan menyambut seorang petugas keamanan yang menerjang ke arahnya dengansatu tamparan.

“Plak!”

Petugas keamanan itu sama sekali tidak bisa menghindar, dia hanya merasakan seperti ada sebuahcambuk baja yang mengenai wajahnya, lalu tubuhnya langsung terpental

Dia bahkan tidak bisa merasakan sakit lagi, wajahnya sudah mati rasa.

Tetap dengan satu tangan di belakangnya, Ardika melangkahkan kakinya dengan santai. Sambilmenghindari serangan para petugas keamanan secara bersamaan, dia mengayunkan tangannyabagaikan mengayunkan sebuah cambuk.

“Plak!”

“Plak!”

Setiap kali suara tamparan terdengar, seorang petugas keamanan terperital.

Satu demi satu suara tamparan terdengar tanpa henti

Use arrow keys (or A / D) to PREV/NEXT chapter