• Prev Chapter
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 382 Luna Memukul Orang

“Luna, coba kamu pikirkan, kalau Ardika adalah Raka, kenapa dua hari sebelumnya, Filbert dan yang

lainnya berani melempatinya kue?”

Tina menatap Ardika dengan tatapan meremehkan.

Dia sama sekali tidak percaya Ardika dan Raka adalah orang yang sama,

Raka sangat mendominasi dan mampu mengambil keputusan dengan tepat.

Merebut perusahaan milik tiga keluarga besar, lalu membiarkan Wakanda berlutut menghadiri acara

penggantian nama perusahaan dan mempermalukan tiga keluarga besar di depan umum.

Menyaksikan pemandangan itu membuat darahnya seolah bergejolak, bahkan diam–diam dia sangat

takjub pada pria misterius itu.

Bagaimana dengan Ardika?

Saat dilempari kue oleh Filbert dan yang lainnya saja, pria itu tidak berani melakukan pembalasan.

Saat menonton rekaman video yang dikirim oleh Filbert padanya, dia benar–benar kesal setengah matidan mewakil Luna memaki suami sahabatnya itu sebagai pengecut.

Perbedaan antara kedua pria ini, bagaikan langit dan bumi.

“Tina, Filbert dan yang lainnya sama saja sepertimu hanya bisa meremehkan orang lain.”

Ekspresi Ardika berubah menjadi dingin. “Tapi, seharusnya kamu sudah tahu, ‘kan? Para petinggi

perusahaan yang berpartisipasi dalam acara ulang tahun itu sudah dipecat. Aku sendiri yang

mengumumkan pemecatan mereka!”

Dia tidak akan membiarkan Tina merendahkannya di hadapan Luna.

Sebagai suami Luna, kalau bahkan sahabat terbaik Istrinya saja memandang rendah dirinya, Lunapasti akan sangat sedih.

Luna buru–buru bertanya, “Tina, apa Filbert dan yang lainnya benar–benar sudah dipecat sesuaiucapan Ardika?”

“Ya, mereka memang sudah dipecat.”

Tina memutar matanya pada Ardika, lalu berkata, “Tapi, aku dengar–dengar dari petinggi Grup BintangDarma yang kukenal, mereka dipecat karena mereka nggak menghormati Delvin. Raka sendiri yangmengatakan dalam rapat petinggi bahwa Filbert dan yang lainnya dipecat sama sekali nggak adahubungannya dengan Ardika ditindas.”

“Baguslah kalau seperti itu!”

+15 BONUS

Mendengar orang–orang yang menindas Ardika malam itu sudah dipecat, Luna sangat senang.

Namun, Ardika sendiri benar–benar tidak bisa berkata–kata.

Ucapan Tina sama persis dengan kata–kata yang keluar dari mulutnya saat acara rapat para petinggi

kemarin.

Dia tidak menyangka wanita itu malah menggunakan poin ini untuk menyangkal dirinya adalah Raka.

Tina berkata dengan nada seolah sedang menasihati Ardika, “Ardika, sebaiknya kelak kamu janganmembuat lagi. Bukan hanya nggak memiliki kemampuan apa–apa, kamu bahkan sangat sukamembual.

Kalau kamu masih suka membual untuk menaikkan harga dirimu, kamu benar–benar nggak cocok

bersama Luna.”

Ardika melirik Luna, dia mendapati sorot mata kecewa di mata istrinya.

“Tina, kamu nggak berhak mengajariku cara bertindak!”

Amarah Ardika sudah tersulut. “Aku akan memanggil Elsy ke sini sekarang juga, biar dia yang

membuktikan aku adalah Raka!”

Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Elsy. “Elsy, aku sedang berada di area tempat duduktamu,

kamu ke sini dulu sebentar.”

Melihat ekspresi Ardika memerintah Elsy, Tina mengerutkan keningnya.

‘Apa dia benar–benar adalah Raka?”

“Oh, ternyata kamu Ardika si pecundang ada di sini! Untuk apa kamu datang ke sini?! Apa kamu mau

menjilat Elsy, agar dia mengatur pekerjaan untukmu?!”

Tepat pada saat Tina mulai merasa ragu, tiba–tiba seorang wanita paruh baya menerjang ke arahmereka, lalu menunjuk Ardika dan memarahinya.

Melihat wanita paruh baya itu menghampiri Ardika dan memaki suaminya pecundang, wajah cantik

Luna langsung berubah menjadi dingin.

Tiba–tiba, dia berdiri di depan Ardika, lalu mengangkat lengannya dan melayangkan sebuah tamparanke

wajah wanita paruh baya itu.

“Plak!”

Ardika agak terkejut melihat Luna memukul orang lain demi dirinya.

Dalam sekejap, dia teringat pada sosok gadis yang selalu melindunginya dan memukul para premansekolah dengan kotak makan besi hingga kepala mereka berdarah saat melihat dirinya ditindas.

Hingga saat ini, bayangan punggung yang tampak mengintimidasi dan bibir merah yang tampakterkatup rapat itu masih sama persis seperti dulu.novelbin

+15 BONUS

Wanita paruh baya itu menutupi wajahnya yang terasa sakit. Awalnya, dia tertegun sejenak, lalu diaberteriak dengan marah, “Kamu memukulku! Berani–beraninya kamu memukulku?! Apa kamu tahusiapa aku?! Aku adalah ibu mertua Elsy, manajer umum Grup Bintang Darma!”

Benar, wanita paruh baya itu tidak lain adalah Rina. Dengan mengandalkan identitasnya sebagaikeluarga Elsy, dia menyelinap masuk ke tempat duduk tamu.

Saat ini, Jiko, putranya juga berjalan menghampiri mereka, lalu memelototi Luna dan berkata, “Kenapakamu memukul ibuku?! Kalau hari ini kamu nggak memberi penjelasan pada kami, masalah ini nggak

akan berakhir begitu saja!”

Use arrow keys (or A / D) to PREV/NEXT chapter