• Prev Chapter
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 279 Pak Danielnovelbin

“Pindah rumah? Pindah ke mana?”

Dua lansia itu terkejut.

Livy juga menatap Ardika dengan tatapan bingung.

Ardika mencubit pipi gadis kecil itu dengan lembut dan berkata, “Pindah ke vila

lama yang disebut oleh Livy, vila yang bisa memelihara kura–kura kecil dan ikan

mas kecil itu.”

“Wah! Terima kasih, Ayah! Ayah sangat baik!”

Livy bersorak dengan senang, lalu mencium pipi Ardika.

Selesai memilah–milah dan membereskan barang–barang mereka, mereka

menumpangi dua buah mobil dan kembali ke vila nomor sembilan bersama–sama.

Ardika meminta dua wanita itu untuk membawa ayah angkat, ibu angkat serta Livy

yang tampak sangat senang itu memasuki vila terlebih dahulu, sedangkan Ardika

sendiri membantu sopir Jesika memindahkan barang–barang.

Tepat pada saat ini, beberapa mobil mewah melaju dan berhenti di depan vila.

Kemudian, sekelompok orang keluar dari dalam mobil.

“Melia?”

Orang yang memimpin kelompok itu adalah seorang wanita cantik. Hanya dengan sekali pandang saja,Ardika sudah mengenalnya.

Wanita itu tidak lain adalah Nona Keluarga Lukito dan pemilik Kelab Gloris yang sebelumnyadihancurkan olehnya, Melia.

“Pak Daniel, dua tahun yang lalu, vila nomor sembilan ini adalah tempat tinggal orang kaya palingmuda di Kota Banyuli. Kalau Bapak menyukainya, aku akan segera membeli vila ini danmemberikannya kepada Bapak.”

Sepanjang jalan, Melia menemani seorang pria yang tampak dingin dengan sikap

sangat sopan.

14

“Nona Melia, vila ini pasti sangat mahal, ‘kan? Aku nggak layak menerimanya.”

Pria itu melambaikan tangannya, berpura–pura enggan menerima penawaran Melia. Namun, di balikkacamatanya, tatapan mesum pria itu tidak terlepas dari Melia.

“Pak Daniel, jangan merendahkan diri seperti ini. Kalau Bapak nggak layak

menerimanya, siapa lagi yang layak menerimanya?”

Melia berkata dengan nada manis dan menjilat, “Bapak adalah ketua logistik tim tempur Kota Banyuli.Bapak adalah sosok yang terhormat. Kali ini, acara peresmian

jabatan Komandan Thomas diselenggarakan di tim tempur Kota Banyuli. Bapak juga yangbertanggung jawab atas semua persiapan acara tersebut.”

“Tiga keluarga besar bahkan mengharapkan Pak Daniel bisa memberikan kami tiga

tiket masuk ke acara itu.”

“Jangankan hanya satu vila.”

Tidak langsung menyelesaikan kalimatnya, Melia sengaja mendekati pria itu, seolah

-olah hendak menempelkan tubuhnya pada tubuh pria itu.

Sambil menggigit bibir merah menggodanya, dia berkata, “Aku bahkan bersedia

menyerahkan diriku untuk Pak Daniel….”

Pria ini adalah Daniel Hutapea, ketua logistik tim tempur Kota Banyuli.

Dengan mengandalkan relasi mereka, tiga keluarga besar berusaha menjilat pria ini agar bisaberpartisipasi dalam acara peresmian jabatan Thomas.

Mendengar sanjungan dan godaan dari Melia, dalam sekejap sekujur tubuh Daniel

langsung terangsang.

“Ah, Nona Melia bisa saja. Kalau begitu, aku nggak akan pilih–pilih lagi. Vila nomor

sembilan, angka sembilan angka keberuntungan!”

Daniel menggenggam tangan lembut Melia, gairah sudah berkecamuk dalam

hatinya.

Dia sudah mulai membayangkan indahnya bercinta dengan Melia di dalam vila

tersebut.

ΓΙ

+15 BONUS

“Adapun mengenai tiga tiket masuk, Nona Melia jangan khawatir, serahkan saja padaku!”

Melia merasa sangat senang. Dia langsung berkata kepada bawahannya, “Hubungi staf Bank Napindoyang bertanggung jawab atas penjualan properti, bilang aku mau membeli vila nomor sembilan. Uangbukan masalah.

“Kalau aku buka harga dua puluh triliun, apa kamu akan membelinya?”

Tepat pada saat ini, tiba–tiba terdengar suara seseorang.

Suara ini familier di telinga Melia, dia langsung melemparkan sorot mata dingin ke sumber suara.

“Ardika, ternyata kamu!”

Kelab Gloris dihancurkan menyebabkan harga dirinya hancur.

Dalang di balik penghancuran kelab miliknya adalah Ardika.

Saat ini, bertemu musuhnya secara langsung, tentu saja menyulut emosinya.

Melihat barang–barang bawaan dalam genggaman Ardika, dia langsung tertawa dingin.

“Ardika, bukankah dengan menjilat presdir Grup Sentosa Jaya, istrimu sudah memperoleh danainvestasi sebesar lebih dari empat triliun? Kenapa kamu malah menjadi tukang angkat barang di sini?”

“Apa istrimu sudah mencampakkanmu dan nggak ingin memeliharamu di Keluarga Basagita lagi?” kataMelia dengan nada menyindir.

Melihat Ardika begitu menyedihkan, dia merasa sangat senang.

Di sisi lain, bukan hanya karena Melia adalah wanita, Ardika akan sungkan padanya.

Dia langsung berkata dengan dingin, “Melia, jangan nggak tahu diri! Apa karena bekas tamparan diwajahmu sudah hilang, kamu sudah melupakan rasa sakitnya? Berani–beraninya kamu berbicaraseperti itu padaku!”

Use arrow keys (or A / D) to PREV/NEXT chapter